Take a photo of a barcode or cover
satriafii's Reviews (251)
lighthearted
relaxing
medium-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Strong character development:
No
Loveable characters:
Complicated
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
No
Rate: ⭐⭐⭐
Buku dengan konsep yang berbeda dari buku-buku lainnya. Aku tidak terlalu familiar dengan budaya berbalas email, tapi aku paham bagaimana rasanya setiap hari dan bahkan setiap jam mantengin layar demi melihat balasan si dia. Aku juga paham budaya forwarding dan menceritakan konteks demi membagikan kebahagiaan atau perasaan lainnya kepada sohib terdekat.
Buku ini mungkin akan lebih menarik kalau menjadi cerita chat seperti di Joylada atau aplikasi semacamnya. Untuk jadi buku fisik, aku membayangkan, mungkin kurang menarik untukku yang ada di era membaca buku ini saja di smartphone sambil chattingan dengan beberapa orang.
Beberapa "peristiwa" menarik di buku ini adalah: aku ngakak karena pranala (link) yang disematkan di beberapa email demi menunjukkan bahwa si penulis email marah, malu, atau mengejek pembaca. Rasanya lucu saja, keteawa karena sebuah pranala yang bahkan aku nggak bisa klik langsung, hanya meraba-raba kemungkinan kemana pranala itu membawa pembaca.
Meskipun demikian, aku kurang suka dengan awalnya, agak creepy dan mungkin kalau tanpa "rasa suka" bisa saja peristiwa awal itu justru menjadi bencana besar. Tapi, untungnya saja, dari semua kejadian, peristiwa pertama itu justru menjadi cerita menyenangkan bagi empat insan. Hal lain yang aku kurang suka adalah banyaknya party dan mabuk. Mungkin, di lingkungan pembaca "asli"-nya nggak masalah ya. Cuma, untukku pribadi, rasanya kehidupan kerja-party-lanjut (you know lah) itu sedikit menyebalkan. Hanya itu, selain itu, cerita ini menarik dan lumayan singkat.
Beberapa orang mungkin bisa menyelesaikan buku ini sekali duduk saja, saking singkatnya. Hanya aku saja yang memang sedang ingin cerita-cerita manis yang bisa kulahap sedikit-sedikit, jadi aku menyelesaikannya dalam waktu yang tidak cepat.
Buku dengan konsep yang berbeda dari buku-buku lainnya. Aku tidak terlalu familiar dengan budaya berbalas email, tapi aku paham bagaimana rasanya setiap hari dan bahkan setiap jam mantengin layar demi melihat balasan si dia. Aku juga paham budaya forwarding dan menceritakan konteks demi membagikan kebahagiaan atau perasaan lainnya kepada sohib terdekat.
Buku ini mungkin akan lebih menarik kalau menjadi cerita chat seperti di Joylada atau aplikasi semacamnya. Untuk jadi buku fisik, aku membayangkan, mungkin kurang menarik untukku yang ada di era membaca buku ini saja di smartphone sambil chattingan dengan beberapa orang.
Beberapa "peristiwa" menarik di buku ini adalah: aku ngakak karena pranala (link) yang disematkan di beberapa email demi menunjukkan bahwa si penulis email marah, malu, atau mengejek pembaca. Rasanya lucu saja, keteawa karena sebuah pranala yang bahkan aku nggak bisa klik langsung, hanya meraba-raba kemungkinan kemana pranala itu membawa pembaca.
Meskipun demikian, aku kurang suka dengan awalnya, agak creepy dan mungkin kalau tanpa "rasa suka" bisa saja peristiwa awal itu justru menjadi bencana besar. Tapi, untungnya saja, dari semua kejadian, peristiwa pertama itu justru menjadi cerita menyenangkan bagi empat insan. Hal lain yang aku kurang suka adalah banyaknya party dan mabuk. Mungkin, di lingkungan pembaca "asli"-nya nggak masalah ya. Cuma, untukku pribadi, rasanya kehidupan kerja-party-lanjut (you know lah) itu sedikit menyebalkan. Hanya itu, selain itu, cerita ini menarik dan lumayan singkat.
Beberapa orang mungkin bisa menyelesaikan buku ini sekali duduk saja, saking singkatnya. Hanya aku saja yang memang sedang ingin cerita-cerita manis yang bisa kulahap sedikit-sedikit, jadi aku menyelesaikannya dalam waktu yang tidak cepat.
emotional
hopeful
reflective
fast-paced
Plot or Character Driven:
Character
Strong character development:
Yes
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
Complicated
Flaws of characters a main focus:
Yes
adventurous
dark
emotional
mysterious
medium-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Strong character development:
Complicated
Loveable characters:
N/A
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
Complicated
emotional
reflective
medium-paced
Plot or Character Driven:
Character
Strong character development:
Yes
Loveable characters:
No
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
Yes
Selesai baca: 20.11.2021
⭐⭐
Bukan tipe cerita yang aku sukai. Aku juga sedikit terganggu dengan bagaimana Annie memandang dirinya sendiri dengan begitu rendahnya: tidak punya kawan karena fisiknya kurang menarik, memandang bahwa hidupnya tidak pernah bahagia, dan senantiasa merasa bersalah karena sesuatu yang bahkan tidak dia lakukan. Mungkin, aku saja yang kurang bisa bersimpati dengan kejadian itu. Tapi aku menyelesaikan cerita ini dengan baik karena kata-katanya begitu mengalir. Cerita ini mungkin akan cocok untuk orang yang menyukai kisah-kisah hangat dan butuh penghiburan akan rasa rendah diri.
⭐⭐
Bukan tipe cerita yang aku sukai. Aku juga sedikit terganggu dengan bagaimana Annie memandang dirinya sendiri dengan begitu rendahnya: tidak punya kawan karena fisiknya kurang menarik, memandang bahwa hidupnya tidak pernah bahagia, dan senantiasa merasa bersalah karena sesuatu yang bahkan tidak dia lakukan. Mungkin, aku saja yang kurang bisa bersimpati dengan kejadian itu. Tapi aku menyelesaikan cerita ini dengan baik karena kata-katanya begitu mengalir. Cerita ini mungkin akan cocok untuk orang yang menyukai kisah-kisah hangat dan butuh penghiburan akan rasa rendah diri.
emotional
informative
relaxing
medium-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
N/A
Loveable characters:
No
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
N/A
Rasanya seperti melihat keran air yang dialiri oleh air keruh dengan gumpalan-gumpalan benda aneh yang terkadang menyumbat dan terkadang bergerak cepat. Yang aku bicarakan tentang alur ceritanya. Terkadang dipercepat sekian tahun tanpa menjelaskan bagaimana tahun-tahun itu terlewat, terkadang diperlambat beberapa hari dengan penjelasan bertele-tele dan menurutku kurang mengesankan.
Buku yang bagus, aku cukup cepat membacanya. Tapi karena alur yang demikian, rasanya ada banyak pertanyaan yang seharusnya bisa dijawab. Sepertibagaimana proses Fikry menyukai Amy, bagaimana Fikry dan Amy membesarkan Maya yang cerdas, bagaimana mereka memberitahu Maya tentang ibunya dan ayahnya, bagaimana perasaan dan apa yang Fikry pikirkan tentang Tamerlane yang tiba-tiba muncul di saat yang benar-benar tepat, dan bagiamana Fikry menjalani beberapa tahun atau hari dalam hidupnya dengan keadaan otak yang rusak. Itu semua dilompati oleh penulis demi menjelaskan hal-hal yang menurutku kurang menarik seperti penulis gadungan yang mencari korek apinya, muntahan penulis itu, atau bahkan menjelaskan mengenai betapa bencinya Fikry dengan e-reader.
Bicara tentang A.J. Fikry, karakternya kadang menyebalkan, tapi sedikit menarik empati di akhir cerita. Aku sama sekali tidak bisa memahami preferensi Fikry terhadap buku-buku dan hal-hal lainnya. Mungkin aku saja yang kurang intelek untuk memahaminya.
Buku yang bagus, aku cukup cepat membacanya. Tapi karena alur yang demikian, rasanya ada banyak pertanyaan yang seharusnya bisa dijawab. Seperti
Bicara tentang A.J. Fikry, karakternya kadang menyebalkan, tapi sedikit menarik empati di akhir cerita. Aku sama sekali tidak bisa memahami preferensi Fikry terhadap buku-buku dan hal-hal lainnya. Mungkin aku saja yang kurang intelek untuk memahaminya.
Moderate: Suicidal thoughts, Suicide, Suicide attempt
Atomic Habits: Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa
Alex Tri Kantjono Widodo, James Clear
informative
inspiring
lighthearted
medium-paced
Pengalaman membaca
- Aku menikmati sepanjang jalan membaca buku ini. Penjelasannya diulang-ulang namun bukan dengan cara yang membosankan. Setiap masuk ke sub-bab baru, kita akan disuguhkan sesuatu yang baru sehingga sebagai pembaca kita tidak akan pernah bosan dan merasa membaca repetisi-repetisi yang membosankan.
- Setiap selesai satu bab, selalu ada ringkasan untuk bab tersebut dengan sari yang benar-benar konsep yang berguna dari bab tersebut.
- Bahkan meskipun aku membaca versi terjemahan yang kadang ada satu-dua yang agak lucu, aku sama sekali tidak merasa terganggu dan tetap menikmati membaca buku ini.
- Cerita-cerita yang dihadirkan di buku ini juga benar-benar sesuai dengan apa yang sedang dibahas. Bahkan, jika ingin mengetahui cerita lebih lanjutnya, James Clear juga menyediakan sumbernya.
- Jujur saja, aku menemukan banyak penerapan teori ekonomi di buku ini yang aku rasa menarik untuk dikaji lebih lanjut.
- Ada beberapa teori yang umumnya dipandang kurang menguntungkan oleh kebanyakan pelaku ekonomi, namun James Clear mengambil sudut pandang lain yang menjadikannya menguntungkkan untuk membentuk kebiasaan.
Konsep yang menarik dari buku ini
Beberapa yang aku nilai menarik, penting, dan relate dengan aku yang sekarang adalah:
Beberapa yang aku nilai menarik, penting, dan relate dengan aku yang sekarang adalah:
- Membiasakan diri bukanlah tujuan,
- Sistem yang baik bagi kita tidak selalu baik bagi orang lain. Jadi temukan sistemmu sendiri,
- Konsistensi adalah koentji.
- Kelebihan dari buku ini
- Ada pustaka dan bahan-bahan pendukung yang disediakan oleh penulis di blog-nya.
- Penjelasannya nyaman dan mudah diingat.
- Penjelasannya didukung dengan banyak teori dari berbagai bidang seperti psikologi, ekonomi, bahkan matematika.
Kekurangan dari buku ini
- Kalau aku menempatkan diri sebagai seorang yang kurang suka aturan secara umum, aku mungkin akan selalu mengelak dan mencibir betapa cara-cara yang diajukan dalam buku ini selalu mengarah pada konsistensi. Kukira, perlu diperjelas lagi bagaimana membentuk konsistensi bagi seorang yang belum pernah konsisten. Disiplin untuk konsistensi di buku ini menapaki dasar reward and punishment yang bisa saja menjadi senjata makan tuan bagi beberapa orang.
- Buku ini membahas bagaimana cara memulai kebiasaan kecil dan mempertahankannya, namun aku belum punya pandangan apakah sebuah kebiasaan perlu diakhiri saat mencapai tipping point. Kukira, akan lebih baik jika setelah membaca buku ini, kita membaca buku terkait untuk melanjutkan apa yang perlu dilakukan.
Untuk siapa buku ini
- Buku ini cocok bagi kamu yang sedang mencari cara untuk memulai dan mempertahankan sesuatu.
- Apabila kamu sudah memiliki tujuan yang jelas meskipun belum jelas bagaimana cara memulainya, buku ini akan membantumu.
sad
slow-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
Complicated
Loveable characters:
No
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
Yes
Selesai baca: 05.10.2021
Rate: ⭐
Rate: ⭐
Aku kurang menyukai buku ini. Meskipun demikian, aku kira perlu untuk menuliskan semua yang aku pikirkan dari buku ini.
Konsep dasar dari cerita ini sebenarnya lumayan menarik: mencoba berbagai keputusan untuk hidup. Melalui Perpustakaan Tengah Malam yang ada diantara hidup dan mati namun masih memungkinkan untuk mati.
Tidak adanya penjelasan mendalam mengenai mengapa Nora depresi dan mengapa Perpustakaan Tengah Malam itu ada oleh Nora, menjadikan lubang pertanyaan yang besar buatku. Aku paham bagaimana rasanya depresi karena tidak mempunyai tujuan dan merasa sama sekali tidak berguna, tapi Nora berbeda. Dia begitu keras disokong oleh banyak orang untuk tetap hidup. Dia punya begitu banyak kewajiban yang dia anggap sebagai hal kecil dan sama sekali tidak penting.
Sepanjang cerita juga banyak disajikan filosofi Thorou dari bukunya berjudul Walden (yang akhir-akhir ini sedang naik daun karena drama Hometown Cha Cha Cha). Aku belum pernah membaca bukunya, namun pernah sekilas melihat pembahasan mengenai buku ini pada topik minimalisme. Kalau dan jika kalau Walden mengantarkan minimalisme kepada Nora, rasanya tidak akan susah untuk mensyukuri dan memperbaiki hidupnya. Kalau dan jika kalau Nora juga benar-benar mempelajari filosofi itu.
Hal paling parah dari buku ini adalah akhir yang bahagia.
Kalau akhir yang dipilih oleh penulis sedikit lebih kejam untuk Nora, mungkin aku akan menerimanya. Tapi untuk akhir yang bahagia, sama sekali tidak aku terima. Dia sudah mencoba banyak hal, dia ingin mati, dia dibujuk untuk tetap hidup oleh banyak orang, tapi dia tetap ingin mati. Baru setelah Nora mencicipi banyak kehidupan dia memutuskan untuk hidup? no. nononononono.
informative
lighthearted
relaxing
medium-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Strong character development:
No
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
No
Selesai baca: 21.09.2021
Rate: ⭐⭐ : 2.25 dari 5
Rate: ⭐⭐ : 2.25 dari 5
Pertama-tama: ini bukan tipe cerita yang biasanya aku sukai.
Informatif, iya. Tapi hanya di 3/4 nya aja. Lainnya, sekadar membahas hubungan kedua tokoh utama saja.
Informatif, iya. Tapi hanya di 3/4 nya aja. Lainnya, sekadar membahas hubungan kedua tokoh utama saja.
Cocok dibaca oleh orang yang menyukai cerita-cerita manis.
Sayangnya, aku bukan orang yang suka manis :(
adventurous
informative
fast-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Strong character development:
No
Loveable characters:
N/A
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
No
Aku mutung membaca karena buku On Earth Were Briefly Gorgeus, buku itu terlalu sedih dan 'menjual kesedihannya'. Parahnya lagi, bahasa yang digunakannya terlalu puitis, jasi tambah tidak pas untukku yang kurang suka dengan bahasa demikian. Puitis romantis tapi mengantarkan kesedihan seorang Asian Gay pada Ibu, Nenek, dan Kakeknya.
Oke.
Rumah Kertas menjadi obat dari kesedihan itu. Obatnya adalah: ambisi. Diceritakan dari sudut pandang bukan tokoh utama (teman dari temannya tokoh utama). Menarik. Karena sampai akhir, aku kira narator tidak juga mendapatkan kejelasan dari mengapa si tokoh utama berlaku demikian, apa tujuan dari perbuatannya, dan pertanyaan lain. Tapi karena narator bukan tokoh utama, ini bisa dimaklumi. Mengakhiri cerita dengan: ya, sudahlah, mari pulang saja.
Satu hal yang selalu aku kurang pahami dari cerita kolektor buku-buku ini: tujuan mereka. Meskipun demikian, aku tetap menyukai cerita mereka.
Sudut pandang narator yang demikian sebenarnya pernah aku temui di The Great Gatsby, tapi aku tidak membenarkan kalau Nick disana hanya diam 'melihat' semuanya. Karena Nick punya andil dalam cerita itu. Kalau di sini, narator tidak punya andil apapun. Hanya penasaran, dan ternyata penasarannya tidak terlalu banyak mendapatkan informasi lebih. Dan itu tidak masalah, karena pembaca pun juga demikian.
informative
reflective
medium-paced
Selesai baca: 16.09.2021
Rate: ⭐⭐⭐⭐
Pertama, aku selalu suka dengan si Pemuda yang dari awal berniat menjatuhkan Filsuf tapi berakhir dengan Pemuda yang menerima semua "teori idealis nan nihilis" dari Filsuf.
Hehehe
Anyway.
Poin utama dari buku ini adalah "bagaimana melakukan psikologi Adler dalam kehidupan nyata?" Buatku yang lebih suka tutorial dibandingkan teori-lalu-tutorial, buku ini kurang memberikan tutorial. Konsep-konsep masih dikedepankan di buku ini. Aku tidak menyalahkan penulisnya yang banyak berkonsep, karena ini memang buku edukasi tentang filsafat yang dapat menjadi pandangan hidup banyak orang. Tidak mungkin penulis bisa memberikan "tutorial" seperti yang aku harapkan. Hanya saja, aku berharap terlalu jauh untuk ini, terutama dalam bidang pendidikan. Jadi, kesalahan ada padaku.
Pembahasannya, buatku yang kadang kurang fokus ini kadang jadi ujug-ujug pergi dari satu titik ke titik lain. Seperti pembahasan tentang pendidikan, lalu ke cinta, lalu ke menghormati, lalu ke percaya, dan seterusnya hingga kesimpulannya adalah semua itu. Kuakui waktu baca ini, aku tidak terlalu fokus dan bahkan lupa mencatat beberapa hal penting. Alhasil, rasanya memang jadi ujug-ujug. Sekali lagi, kesalahan ada padaku.
Pandanganku terhadap buku ini masih sama untuk merekomendasikan ke orang-orang. Buku ini kurang cocok untuk mereka yang tidak bisa menerima konsep bahwa hidup ini adalah rangkaian momen. Alias tidak ada trauma, tidak ada masa lalu, dan tidak ada masa depan. Aku pribadi, masih berusaha menerimanya; hidup sekarang saja. Meskipun jujur saja, sedikit lebih sulit dibanding menerima bahwa masa lalu sama pentingnya dengan masa depan dan masa sekarang adalah sesuatu yang biasa saja; tidak terlalu penting.
Rate: ⭐⭐⭐⭐
Pertama, aku selalu suka dengan si Pemuda yang dari awal berniat menjatuhkan Filsuf tapi berakhir dengan Pemuda yang menerima semua "teori idealis nan nihilis" dari Filsuf.
Hehehe
Anyway.
Poin utama dari buku ini adalah "bagaimana melakukan psikologi Adler dalam kehidupan nyata?" Buatku yang lebih suka tutorial dibandingkan teori-lalu-tutorial, buku ini kurang memberikan tutorial. Konsep-konsep masih dikedepankan di buku ini. Aku tidak menyalahkan penulisnya yang banyak berkonsep, karena ini memang buku edukasi tentang filsafat yang dapat menjadi pandangan hidup banyak orang. Tidak mungkin penulis bisa memberikan "tutorial" seperti yang aku harapkan. Hanya saja, aku berharap terlalu jauh untuk ini, terutama dalam bidang pendidikan. Jadi, kesalahan ada padaku.
Pembahasannya, buatku yang kadang kurang fokus ini kadang jadi ujug-ujug pergi dari satu titik ke titik lain. Seperti pembahasan tentang pendidikan, lalu ke cinta, lalu ke menghormati, lalu ke percaya, dan seterusnya hingga kesimpulannya adalah semua itu. Kuakui waktu baca ini, aku tidak terlalu fokus dan bahkan lupa mencatat beberapa hal penting. Alhasil, rasanya memang jadi ujug-ujug. Sekali lagi, kesalahan ada padaku.
Pandanganku terhadap buku ini masih sama untuk merekomendasikan ke orang-orang. Buku ini kurang cocok untuk mereka yang tidak bisa menerima konsep bahwa hidup ini adalah rangkaian momen. Alias tidak ada trauma, tidak ada masa lalu, dan tidak ada masa depan. Aku pribadi, masih berusaha menerimanya; hidup sekarang saja. Meskipun jujur saja, sedikit lebih sulit dibanding menerima bahwa masa lalu sama pentingnya dengan masa depan dan masa sekarang adalah sesuatu yang biasa saja; tidak terlalu penting.