Take a photo of a barcode or cover
satriafii's Reviews (251)
dark
hopeful
informative
reflective
fast-paced
lighthearted
fast-paced
emotional
reflective
relaxing
fast-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
Complicated
Loveable characters:
N/A
Diverse cast of characters:
N/A
Flaws of characters a main focus:
Complicated
Iseng aja sih baca, karena sedang belajar baca aksara Korea, jadi pengen baca buku-buku singkat semacam ini. Bagus ternyata. Cuma aku emang kadang kurang suka bunga aja, jadi agak lelah membaca bunga-bunga mulu. Disamping ketidaksukaanku kepada bunga-bunga, aku tetap suka pesan-pesannya, aku juga suka pilihan katanya (mudah dimengerti meskipun aku pelajar Bahasa Korea lulusan k-drama wkwk). Kalau nggak salah, puisi ini pernah dirujuk di School 2013. Itu juga jadi alasan aku tertarik baca.
emotional
informative
lighthearted
reflective
relaxing
medium-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Strong character development:
No
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
Complicated
Flaws of characters a main focus:
Complicated
Keinginan untuk membaca buku ini sudah ada sejak tahun lalu. Tapi, tahu sendiri kan sebagai pembaca yang mudah terpikat dengan sampul buku (read: aku), membaca buku sesuai dengan urutan keinginan adalah sangat tidak mungkin. Jadi, aku memundurkan rencana membaca buku ini terus menerus hingga saat ini. Sudah beberapa kali juga melihat review dari pembaca-pembaca lainnya tentang buku ini, jadi harapanku lumayan terkendali. Selesai membaca buku ini, aku benar-benar ingin merekomendasikan buku ini kepada semua orang. Rasanya begitu dekat dan sangat rasional untukku. Baba Dunja juga lumayan menarik perhatianku, baik dari penceritaannya maupun dari pemikiran-pemikirannya. Aku menyukai karakter seperti Baba Dunja ini. Meskipun aku yakin beberapa orang tidak akan paham mengapa Baba Dunja memilih untuk membehayakan dirinya sendiri dengan tinggal di desa yang terpapar radiasi, tanpa orang lain selain beberapa pesakitan, dan hanya mengerjakan pekerjaan jaman purba seperti berkebun dan mengurus tomat-tomat. Ah, satu lagi, aku benar-benar menyukai bagaimana Baba Dunja begitu menyayangi kebunnya dan tanaman tomatnya. Aku juga suka tomat.
<spolier>Hal yang aku rasa sedikit aneh dari Baba Dunja adalah hubungannya dengan semua laki-laki disekitarnya. Baik itu suaminya ataupun anak laki-lakinya, aku rasa tidak ada yang benar, atau setidaknya layak untuk disebut sebuah hubungan. Entah yang anaknya yang nyaris tidak diceritakan atau suaminya yang sekilas diceritakan seperti seorang yang suka kekerasan dan tidak terlalu peduli dengan keluarganya. Bahkan suaminya sebagai hantu saja agak sedikit aneh buatku. Kadang terkesan normal, tapi kadang terkesan suami yang menyebalkan juga, setidaknya buatku.
Selain itu, aku menyukai Baba Dunja dan ceritanya. Lebih tepatnya, aku suka cara Baba Dunja bercerita.
Setelah lumayan mikir lagi, aku juga suka cerita ini karena begitu sederhana: hidup di desa tanpa memikirkan betapa cepatnya dunia "berkembang", hanya melihat kehidupan dan kematian silih berganti (well, sambil menunggu giliran juga hehe).
<spolier>Hal yang aku rasa sedikit aneh dari Baba Dunja adalah hubungannya dengan semua laki-laki disekitarnya. Baik itu suaminya ataupun anak laki-lakinya, aku rasa tidak ada yang benar, atau setidaknya layak untuk disebut sebuah hubungan. Entah yang anaknya yang nyaris tidak diceritakan atau suaminya yang sekilas diceritakan seperti seorang yang suka kekerasan dan tidak terlalu peduli dengan keluarganya. Bahkan suaminya sebagai hantu saja agak sedikit aneh buatku. Kadang terkesan normal, tapi kadang terkesan suami yang menyebalkan juga, setidaknya buatku.
Selain itu, aku menyukai Baba Dunja dan ceritanya. Lebih tepatnya, aku suka cara Baba Dunja bercerita.
Setelah lumayan mikir lagi, aku juga suka cerita ini karena begitu sederhana: hidup di desa tanpa memikirkan betapa cepatnya dunia "berkembang", hanya melihat kehidupan dan kematian silih berganti (well, sambil menunggu giliran juga hehe).
Graphic: Animal death, Murder
dark
mysterious
reflective
tense
fast-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
Complicated
Loveable characters:
Complicated
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
Complicated
Begini, buku ini bagus. Kumpulan ceritanya menarik. Tapi kata-kata dari aku yang kurasa lumayan menggambarkan buku ini kurang mengenakkan: menjinjikkan, mengganggu, membuat marah, dan argh- membuat frustasi. TAPI CERITANYA BAGUS. Meskipun sampai di aku dengan perasaan-perasaan itu.
emotional
hopeful
lighthearted
reflective
sad
medium-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Strong character development:
No
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
N/A
Flaws of characters a main focus:
Complicated
Aku baca ini berharap bisa menyegarkan diri dari kebosanan yang aku rasakan di sepertiga bagian buku sebelumnya (Misbehaving). Sebenarnya, lumayan membantu. Tetapi tidak terlalu membuatku bersemangat atau tersedot dalam suasana ceritanya. Aku suka membacanya, aku menikmatinya, aku merasa ceritanya menarik, tapi ya begitu saja. Ini tipe cerita yang aku akan lupakan sejenak lalu rindu setelah beberapa saat.s
informative
inspiring
medium-paced
Pengalaman membaca buku ini buatku lumayan menyenangkan. Informatif dan mendukung beberapa pemikiran serta pengetahuan sependek aku belajar. Aku jadi lumayan tertarik dengan ekonomi perilaku karena buku ini. Awalnya aku hanya suka mengamati manusia dan pilihan-pilihannya karena aku nyaris tidak bisa memilih diantara banyak pilihan. Dasar pengambilan keputusanku kerap dilabeli "aneh" oleh orang-orang disekitarku. Contoh singkatnya saja aku memilih kelas kuliah berdasarkan letak kelasnya, sebisa mungkin tidak usah pindah gedung atau untung-untung tidak perlu pindah ruangan, faktor lainnya dianggap tidak ada pengaruhnya. Sebenarnya karena alasan menarik inilah aku juga lumayan lama belajar untuk memenuhi tugas akhirku. Saat membaca buku ini, rasanya aku lumayan ada angin segar untuk menamai hobiku mengamati manusia dan pilihannya: ekonomi perilaku.
Namun demikian, buku ini mungkin akan sangat membosankan bagi orang yang sama sekali tidak tertarik dengan ekonomi dan perilaku manusia. Bicara tentang tidak menarik, sebenarnya sepertiga buku ini juga tidak bisa membuatku bertahan membacanya. Aku bosan sekali saat masuk ke pembahasan mengenai keuangan, saham, dan ekonomi yang terkait dengan hal tersebut. Aku tidak bisa memahami sedikitpun kalimat di bagian-bagian ini. Nyaris saja aku "membuang" buku ini di list DNF-ku. Tapi demi mengingat kalau di awal aku begitu menyukai buku ini, aku bertahan. Alhasil, sebenarnya saat menulis ini aku masih merasakan gejolak kebosanan yang melanda. Kesannya aku memang bosan dengan buku ini.
Sebenarnya, di awal buku sudah diberi saran untuk:
Namun demikian, buku ini mungkin akan sangat membosankan bagi orang yang sama sekali tidak tertarik dengan ekonomi dan perilaku manusia. Bicara tentang tidak menarik, sebenarnya sepertiga buku ini juga tidak bisa membuatku bertahan membacanya. Aku bosan sekali saat masuk ke pembahasan mengenai keuangan, saham, dan ekonomi yang terkait dengan hal tersebut. Aku tidak bisa memahami sedikitpun kalimat di bagian-bagian ini. Nyaris saja aku "membuang" buku ini di list DNF-ku. Tapi demi mengingat kalau di awal aku begitu menyukai buku ini, aku bertahan. Alhasil, sebenarnya saat menulis ini aku masih merasakan gejolak kebosanan yang melanda. Kesannya aku memang bosan dengan buku ini.
Sebenarnya, di awal buku sudah diberi saran untuk:
Satu-satunya nasihat saya dalam membaca buku ini adalah berhenti membaca kalau sudah tak asyik lagi. Kalau tidak, itu perilaku keliru namanya.
Anyway. Aku akan dengan sangat senang hati merekomendasikan buku ini kepada orang-orang yang menyukai pembahasan mengenai pilihan manusia, ekonomi, keuangan, dan penelitian. Bahasa yang digunakan lumayan menyenangkan. Pak Thaler yang lumayan jenaka juga melengkapi bahasa buku ini, meskipun porsi seriusnya sedikit lebih banyak dibanding porsi bercandanya.Rasanya seperti berbincang dengan Pak Profesor di angkringan ditemani susu jahe dan keramaian jalanan.
dark
informative
medium-paced
Plot or Character Driven:
Plot
Strong character development:
No
Loveable characters:
No
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
No
Aku suka jalan ceritanya, aku suka twist yang dihadirkan, aku juga suka dengan bahasa yang digunakan, aku juga sangat suka dengan ketidakjelasan penokohan yang ada (jadi aku sah kalau bingung dengan si A dan Pak Ketua adalah orang yang sama atau bukan), aku cukup terganggu dengan bagaimana menjinjikkannya kebiasaan tokoh-tokoh disini bermain perempuan. Hanya saja, aku kurang paham dengan kisah-kisah politik yang disebutkan di buku ini. Bukan sepenuhnya salah siapapun, hanya memang aku yang belum banyak mengerti politik apalagi politik negeri gingseng itu. Andaikan aku lebih paham dengan apa yang terjadi pada kisah-kisah politik itu, mungkin aku bisa lebih mudah tertawa, meringis, atau menghujat cerita ini.
Awalnya, aku berharap kalau Pasukan Buzzer bisa dijadikan film atau drama. Tapi aku urungkan harapan itu karena permainan wanita disini benar-benar menjinjikkan. Mungkin, itu disengaja oleh penulis; menunjukkan kalau perempuan di Korea banyak yang sekadar menjadi hiburan semata. Bukan di Korea saja sebenarnya. Tapi konteks buku ini demikian.
Salah satu daftar bacaanku saat ini juga ada yang membahas mengenai perempuan di Indonesia. Mungkin nantinya aku bisa membandingkan bagaimana pandangan penulis Korea dan penulis Indonesia terhadap fenomena "perempuan hiburan" ini.
Mengenai inti ceritanya, aku mengira kalau 90% kemungkinan cerita ini benar-benar nyata. Bukan hanya di Korea, di Indonesia juga demikian, malah dengan pengalamanku yang kerap melihat lowongan pasukan buzzer yang bertebaran dimana-mana semakin meningkatkan kemungkinan (mungkin 95%). Aku kurang tahu apakah permainan psikologis juga dimainkan oleh pasukan buzzer Indonesia, tapi yang jelas, teknologi serupa (menyaring kata-kata tertentu untuk dikomentari dengan beberapa baris kode dan menyerang orang-orang yang berbeda pendapat dan menghancurkan satu kumpulan di internet) memang dilakukan untuk kepentingan tertentu. Meskipun nyatanya aku bahkan tidak bisa meraba kepentingan golongan mana.
Buku ini sangat aku rekomendasikan untuk bacaan ringan orang-orang yang tertarik dengan politik Korea (kebanyakan dibahas, tapi dunia hiburan juga tidak ketinggalan dibahas disini). Hanya saja, tolong perhatikan bahasa yang menyebalkan yang digunakan pada perempuan.
Awalnya, aku berharap kalau Pasukan Buzzer bisa dijadikan film atau drama. Tapi aku urungkan harapan itu karena permainan wanita disini benar-benar menjinjikkan. Mungkin, itu disengaja oleh penulis; menunjukkan kalau perempuan di Korea banyak yang sekadar menjadi hiburan semata. Bukan di Korea saja sebenarnya. Tapi konteks buku ini demikian.
Salah satu daftar bacaanku saat ini juga ada yang membahas mengenai perempuan di Indonesia. Mungkin nantinya aku bisa membandingkan bagaimana pandangan penulis Korea dan penulis Indonesia terhadap fenomena "perempuan hiburan" ini.
Mengenai inti ceritanya, aku mengira kalau 90% kemungkinan cerita ini benar-benar nyata. Bukan hanya di Korea, di Indonesia juga demikian, malah dengan pengalamanku yang kerap melihat lowongan pasukan buzzer yang bertebaran dimana-mana semakin meningkatkan kemungkinan (mungkin 95%). Aku kurang tahu apakah permainan psikologis juga dimainkan oleh pasukan buzzer Indonesia, tapi yang jelas, teknologi serupa (menyaring kata-kata tertentu untuk dikomentari dengan beberapa baris kode dan menyerang orang-orang yang berbeda pendapat dan menghancurkan satu kumpulan di internet) memang dilakukan untuk kepentingan tertentu. Meskipun nyatanya aku bahkan tidak bisa meraba kepentingan golongan mana.
Buku ini sangat aku rekomendasikan untuk bacaan ringan orang-orang yang tertarik dengan politik Korea (kebanyakan dibahas, tapi dunia hiburan juga tidak ketinggalan dibahas disini). Hanya saja, tolong perhatikan bahasa yang menyebalkan yang digunakan pada perempuan.
Graphic: Cursing, Sexual assault, Sexual content, Slavery, Murder, Sexual harassment
Minor: Panic attacks/disorders
Bukan tipe cerita yang aku sukai. Aku juga sedikit terganggu dengan bagaimana Annie memandang dirinya sendiri dengan begitu rendahnya: tidak punya kawan karena fisiknya kurang menarik, memandang bahwa hidupnya tidak pernah bahagia, dan senantiasa merasa bersalah karena sesuatu yang bahkan tidak dia lakukan. Mungkin, aku saja yang kurang bisa bersimpati dengan kejadian itu. Tapi aku menyelesaikan cerita ini dengan baik karena kata-katanya begitu mengalir. Cerita ini mungkin akan cocok untuk orang yang menyukai kisah-kisah hangat dan butuh penghiburan akan rasa rendah diri.
emotional
informative
slow-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
Complicated
Loveable characters:
No
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
No
Setelah membaca karya Triskaidekaman yang CADL, aku tidak berharap lebih sih. Gaya penulisannya lumayan bisa membuatku berlama-lama dengan buku Triskaidekaman. Sayangnya, di buku ini aku hanya bertahan sepanjang setengah jalan. Setelahnya, aku lelah karena terlalu banyak perumpamaan, majas, perputaran, dan apalah itu dalam setiap kalimatnya. Mungkin, ini faktor aku yang juga sedang lelah dengan keseharian, jadi baca apapun rasanya memang lelah.
Awalnya, aku terpesona dengan pilihan kata-kata dan pemikiran-pemikiran yang disajikan oleh Triskaidekaman melalui buku ini. Sekitar 5 bab terakhir, aku lelah dan banyak paragraf yang aku lewatkan keseruannya, demi menyelesaikan buku ini.
Kukira, buku ini akan cocok aku baca saat aku lebih serius dan lebih santai dan lebih bahagia. Sayangnya, beberapa minggu ini aku tidak ada pada fase tersebut. Jadi, ini buku yang datang di saat yang lumayan salah.
Tapi, aku akan dengan senang hati merekomendasikan buku ini kepada teman-teman yang menyukai sastra dan matematika secara bersamaan. Ini buku bagus sebagai hiburan orang-orang yang "demikian".
Awalnya, aku terpesona dengan pilihan kata-kata dan pemikiran-pemikiran yang disajikan oleh Triskaidekaman melalui buku ini. Sekitar 5 bab terakhir, aku lelah dan banyak paragraf yang aku lewatkan keseruannya, demi menyelesaikan buku ini.
Kukira, buku ini akan cocok aku baca saat aku lebih serius dan lebih santai dan lebih bahagia. Sayangnya, beberapa minggu ini aku tidak ada pada fase tersebut. Jadi, ini buku yang datang di saat yang lumayan salah.
Tapi, aku akan dengan senang hati merekomendasikan buku ini kepada teman-teman yang menyukai sastra dan matematika secara bersamaan. Ini buku bagus sebagai hiburan orang-orang yang "demikian".