satriafii's profile picture

satriafii 's review for:

4.0
informative inspiring medium-paced

Pengalaman membaca buku ini buatku lumayan menyenangkan. Informatif dan mendukung beberapa pemikiran serta pengetahuan sependek aku belajar. Aku jadi lumayan tertarik dengan ekonomi perilaku karena buku ini. Awalnya aku hanya suka mengamati manusia dan pilihan-pilihannya karena aku nyaris tidak bisa memilih diantara banyak pilihan. Dasar pengambilan keputusanku kerap dilabeli "aneh" oleh orang-orang disekitarku. Contoh singkatnya saja aku memilih kelas kuliah berdasarkan letak kelasnya, sebisa mungkin tidak usah pindah gedung atau untung-untung tidak perlu pindah ruangan, faktor lainnya dianggap tidak ada pengaruhnya. Sebenarnya karena alasan menarik inilah aku juga lumayan lama belajar untuk memenuhi tugas akhirku. Saat membaca buku ini, rasanya aku lumayan ada angin segar untuk menamai hobiku mengamati manusia dan pilihannya: ekonomi perilaku.

Namun demikian, buku ini mungkin akan sangat membosankan bagi orang yang sama sekali tidak tertarik dengan ekonomi dan perilaku manusia. Bicara tentang tidak menarik, sebenarnya sepertiga buku ini juga tidak bisa membuatku bertahan membacanya. Aku bosan sekali saat masuk ke pembahasan mengenai keuangan, saham, dan ekonomi yang terkait dengan hal tersebut. Aku tidak bisa memahami sedikitpun kalimat di bagian-bagian ini. Nyaris saja aku "membuang" buku ini di list DNF-ku. Tapi demi mengingat kalau di awal aku begitu menyukai buku ini, aku bertahan. Alhasil, sebenarnya saat menulis ini aku masih merasakan gejolak kebosanan yang melanda. Kesannya aku memang bosan dengan buku ini.

Sebenarnya, di awal buku sudah diberi saran untuk:
Satu-satunya nasihat saya dalam membaca buku ini adalah berhenti membaca kalau sudah tak asyik lagi. Kalau tidak, itu perilaku keliru namanya.

Anyway. Aku akan dengan sangat senang hati merekomendasikan buku ini kepada orang-orang yang menyukai pembahasan mengenai pilihan manusia, ekonomi, keuangan, dan penelitian. Bahasa yang digunakan lumayan menyenangkan. Pak Thaler yang lumayan jenaka juga melengkapi bahasa buku ini, meskipun porsi seriusnya sedikit lebih banyak dibanding porsi bercandanya.Rasanya seperti berbincang dengan Pak Profesor di angkringan ditemani susu jahe dan keramaian jalanan.