satriafii's Reviews (251)

Aku jarang baca buku kumpulan puisi. Dengan pengalaman sebanyak itu, aku bisa bilang kalau puisi-puisi disini unik. Seperti saling berbicara; bertanya, menjawab, berkisah, mendengarkan, berbahagia, merayakan, bersedih, menenangkan.

Agak lama menyelesaikannya, karena aku baca ini waktu mau menghabiskan masa "sewa" gramedia digitalku, tapi malah terlalu larut dengan pikiran-pikiran yang muncul (yang cuma muncul aja lalu ilang wkwkw), jadi aku nunda lama banget buat lanjut baca ini. Puisi juga malah jadi bacaan paling lama buatku, karena sependek apapun puisi itu, isinya sangat padat bahkan kadang tumpah ruah dan perlu dikumpulkan dulu sebelum lanjut baca yang lain.

It's just as strange as the title said.
Kalau boleh aku meringkas buku ini dengan satu kalimat milikku sendiri: "Dinggo meden-medeni bocah cilik nek aneh-aneh ning perpus." wkwkwkwk
Kisah serem yang bakalan serem banget kalau aku masih umur bocah dan punya imajinasi berlebih.

Buku kecil ini lumayan seru kalau dibawa kemana-mana buat selingan bacaan super ringan. Isinya puisi(?) cute yang tokoh-tokohnya adalah tokoh yang biasa ditemui di dongeng-dongeng klasik. Tapi mereka semua penulis atau seseorang yang terlibat di dunia kepenulisan (editor dan teman-temannya). Aku bukan orang yang terjun di tempat seperti itu, jadi kurang tahu jokes yang dihadirkan disini. Sebagai orang awam, aku cuma menganggap cerita-ceritanya lucu.

Udah lumayan lama aku baca buku ini sebelum menulis review. Ekspresiku setelah selesai membaca buku ini dan saat menulis review ini kurang lebih sama: heran. Gatau herannya dimana, gatau herannya karena apa juga, heran aja wkwkwk

Seperti biasa, aku selalu suka cara menulis Kak Ziggy. Aku juga suka mengulang-ulang membaca bukunya.

Bagian yang masih teringat jelas adalah bagian Maria (karena aku juga punya cerita nyaris serupa dengan seorang Maria) dan bagian perpustakaan. Bagian pertama malah bikin aku sedikit berpikir tentang apa hubungannya dengan seluruh cerita?
Nggak masalah sih kalau belum nyambung di aku, karena pasti nanti re-read yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya bakalan lebih nyambung.

Aku suka tulisan semacam ini. Tapi, kadang malah bikin nggak mengingat sama sekali apa yang diinformasikan. Mengalir aja gitu, padahal padat informasi yang harusnya bisa jadi pengetahuan tambahan buatku. Mungkin, kalau yang baca buku ini tu orang produktif dengan rasa penasaran yang tinggi didukung niat yang senantiasa ada, buku ini benar-benar menginspirasi dan bisa jadi banyak tulisan menarik. Tapi, karena yang baca aku, jadi belum terlalu banyak informasi yang aku olah menjadi tulisan-tulisan.

Saat membaca ini, aku jadi bertanya-tanya, apakah kawan-kawan yang belajar secara khusus mengenai ilmu perpustakaan juga membaca buku ini? Semoga saja iya, karena informasinya benar-benar bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi profesional yang bekerja disekitar buku-buku. *<---insert sedikit rasa iri here karena aku juga pengen bekerja dengan buku-buku, secara harfiah*

Mungkin karena akhir-akhir ini bahasan tentang perempuan menjadi fokus bacaanku, aku jadi tertarik mencoba pengalaman bertukar tubuh antar perempuan yang dihadirkan di buku ini. Lucu, greget, tapi juga ada emosinya juga karena menyadari mau jadi apapun peremluan tetap harus berjuang lebih keras dibandingkan para tuan.
Pandangan menarik juga akan persahabatan, karena secara harfiah mereka pernah merasakan satu sama lain. 

Menarik. Hanya saja, rasanya aku kurang relate dengan ceritanya. Jadi, hanya bisa menyimak saja.
Agak ngerasa aneh di beberapa bagian, tapi aku lupa di bagian mana saja, karena denger dengan disambi-sambi. Kalau ada kesempatan baca buku fisiknya, mungkin aku bisa menunjuk bagian mana yang aneh.
Tapi aspek lain seperti sejarah, penghargaan akan cinta, dan bahkan bagaimana tokoh mengatasi tekanan batin dengan banyaknya masalah yang ia hadapi, benar-benar bisa jadi pelajaran. Apalagi logika tokoh tentang ketuhanan yang dijelaskan dengan detail, aku suka.

Tidak terlalu mengira banyak hal hanya berharap ada gambaran jelas tentang kehidupan masa penjajahan. Ternyata, gambarannya tidak terlalu jauh karena hidup para tokoh disini sangat mulia juga pada jamannya. Tapi, mungkin itulah hiburan bagi pembaca cerita ini pada masa itu. Membayangkan hidup yang begitu mudah, sedikit konflik asmara, dan sedikit pemikiran politik yang lalu lalang. Kalau nggak mengingat tahun cerita ini terbit, mungkin aku nggak bisa mentolelir betapa ceritanya kurang menggambarkan judul cerita.

Ah, jadi ingat kalau tidak banyak juga pembahasan mengenai proses belajarnya, meskipun judulnya "Student".

UwU sambil agak mengesalkan soalnya si bos emang ngeselin wkwkwk
Cuma kurang paham kenapa Rara mau-mau aja nerima Tigran padahal dia sebelnya sampe berusaha setengah hidup mau resign. The rest of it, UwU ehehehe

Ceritanya sederhana. Latarnya sederhana. Bahasanya juga benar-benar sederhana.
Cuma lugu-nya itu yang bikin gemes sendiri huhu 
Udah lugu, orang-orang yang ditemuin nyebelin semua, pula.