Take a photo of a barcode or cover

satriafii 's review for:
Perfume: The Story of an Exotic Murderer
by Patrick Süskind, Bima Sudiarto
Aku sama sekali nggak ingin menyalahkan buku ini untuk "kemalasan"ku dalam membaca akhir-akhir ini. Ini buku terakhir yang aku baca sebelum aku jadi kurang minat dengan semua cerita fiksi akhir-akhir ini. Buku ini bagus. Terlalu bagus, malah. Sehingga membuat aku yang masih jarang membaca ini terpesona sampai "membacanya" berulang kali dalam ingatan.
Mungkin kelak, aku akan mengingat buku ini sebagai buku-yang-aku-endus-tiap-kali-membacanya. Entah kenapa, setiap baca buku ini rasanya seperti menajamkan indra penciumanku (secara langsung: melebarkan lubang hidung). Tokoh utama dalam buku ini (seperti kebanyakan buku yang aku sukai), sangat rasional dan individualis sekali. Bedanya dari buku lainnya, Grenouille sangat "tersiksa" dengan dunia spesialnya. Keseruan "pembunuhan" berdasarkan masalah ini menjadi lebih terasa, menurutku. Mengingat alasan yang mendasari dia membunuh semua orang itu.
Beberapa kalimat yang membuatku termotivasi:
Meskipun berpikir membuat kepalaku juga sakit. Ide juga membuat kepalaku sangat penuh. Tapi, menulis ini membuatku lebih ringan. Rasanya aku bisa melanjutkan hidup dengan lebih tertata dan tentunya, melanjutkan baca buku cheesy lainnya.
Mungkin kelak, aku akan mengingat buku ini sebagai buku-yang-aku-endus-tiap-kali-membacanya. Entah kenapa, setiap baca buku ini rasanya seperti menajamkan indra penciumanku (secara langsung: melebarkan lubang hidung). Tokoh utama dalam buku ini (seperti kebanyakan buku yang aku sukai), sangat rasional dan individualis sekali. Bedanya dari buku lainnya, Grenouille sangat "tersiksa" dengan dunia spesialnya. Keseruan "pembunuhan" berdasarkan masalah ini menjadi lebih terasa, menurutku. Mengingat alasan yang mendasari dia membunuh semua orang itu.
Beberapa kalimat yang membuatku termotivasi:
Padahal nalar hanya bermanfaat jika seseorang memiliki keyakinan, rasa aman, dan ketenangan.
Rasa syukur dan kerendahan hati membuncah mendeburi batin. "Terima kasih," ucarnya perlahan. "Terima kasih, wahai Jean-Baptiste Grenouille, karena telah menjadi apa adanya dirimu!" Ia begitu terharu, oleh diri sendiri.
Lalu ia berhenti berpikir. Berpikir membuat kepalanya sakit.
Meskipun berpikir membuat kepalaku juga sakit. Ide juga membuat kepalaku sangat penuh. Tapi, menulis ini membuatku lebih ringan. Rasanya aku bisa melanjutkan hidup dengan lebih tertata dan tentunya, melanjutkan baca buku cheesy lainnya.