2.5
informative medium-paced

Ini buku nonfiksi, tapi saat baca ini aku merasakan kalau penulis begitu nyinyir dengan jalannya ekonomi dan ranah ilmu ekonomi sekarang. Padahal, beliaunya seorang jurnalis heheheheheehehehe

Sebagai seseorang yang pernah belajar ekonomi (sedikit), aku setuju dengan beberapa poin seperti perempuan di bidang ekonomi memang dipandang sebelah mata. Tapi, tidak se-sebelah mata itu. Pelan-pelan, beberapa perempuan juga sudah mulai unjuk gigi di ranah ekonomi. Meskipun memang belum sebesar Adam Smith dan kawan-kawannya. Kalau praktek ekonominya, perempuan memang masih menempati kursi-kursi belakang sambil gendong bayi. Tapi beberapa perempuan juga sudah mulai maju sedikit-sedikit kok. Rasanya, kalau aku nggak terlalu positif thinking, aku bakalan ikut benci ilmu ekonomi yang disini digambarkan isinya cuma bapak-bapak semua.

Ilmu ekonomi secara umum disini juga agaknya dipandang sebagai sesuatu yang sudah salah dari awal (karena kerjaan bapak-bapak thok tanpa memikirkan perempuan). Aku jadi merasa kalau penulis juga berniat memberontak kepada entah-siapa-yang-menjalankan-sistem dan sistem ekonomi ini. Lucu sih, karena aku yang suka bahasan tentang ekonomi dan belajar sedikit tentangnya juga memang kurang menyukai sistem ini, tapi ya kalau aku mah anteng-anteng aja, karena yaaa mau apa lagi? Setelah tahu, pilihan jadi ada dua: mau ikut arus sistem yang seperti ini atau menepi saja? Kalau belum tahu, nggak ada pilihan selain ikut arus saja~

Angin segar yang didapatkan di buku ini sama seperti yang aku anggap sebagai angin segar di bidang ekonomi: ekonomi perilaku hehehehehe. Aku baru baca perkenalannya di Misbehaving sih, tapi aku memang sudah memutuskan untuk suka dengan ilmu ekonomi perilaku ini.

Sedikit harapanku, buku semacam ini bisa ditulis oleh seorang ekonom perempuan. Mungkin saja, sudah ditulis, tapi aku belum baca saja. Karena dibanding buku yang membahas tentang ekonomi berbumbu perempuan, buku ini memang lebih buku tentang perempuan yang bumbu micinnya ekonomi.

BTW, karena buku ini aku jadi lebih menghargai fakta-fakta kecil seperti siapa yang memasak makan malam seorang tokoh terkenal, bagaimana mereka bisa hidup dengan baik pada masa yang mungkin sulit, bagaimana kebiasaan makan mereka, bagaimana keadaan rumah mereka, bahkan bagaimana selera mereka terhadap hal-hal kecil. Apron milik Ibu Adam Smith memang terdengar sama sekali nggak penting awalnya, tapi kalau dilihat dengan kacamata tertentu, ternyata bisa juga jadi satu buku utuh.